Selamat datang tahun yang di ulang. Tahun ini, meski bulan telah
lewat satu purnama, kami, saya dan sahabat saya Eva (saya punya
panggilan sayang untuk dia, Iv) memutuskan merayakannya di negeri yang
pernah dinobatkan menjadi kota tercantik di Asia Tenggara, Saigon,
Vietnam. Saigon kini bernama Hochiminh.
Usia saya hanya
berselisih satu hari dengan Iv. Soal jarak usia, waw...jauh. Maksudnya
saya jauh lebih tua. Soal umur, ndak usah dibahaslah ya hehehe. Bukan
malu karena tua. Tetapi mengetahui usia seseorang seringkali membuat
komunikasi menjadi berjarak. Ini menurut saya lo. Saya tidak memaksakan
diri jika ada yang berbeda dengan pendapat saya ;) Toh, meski usia
berjarak, kami tetap fun dan mengelana bersama di negeri yang oh my
God...kami lebih sering menggunakan bahasa Tarzan.
Dari
Yogya, tempat saya bermukim, saya menyiapkan lilin dan kado buat Iv.
Saya memang melontarkan ide kepada Iv untuk mengulang tahun kelahiran
kami dengan bertukar kado dan membuat pesta kecil. Saya juga
menyiapkan rok, yang aih....ternyata muat di tubuh saya. Pakaian yang
saya kenakan hadiah dari seorang sahabat juga. saya tak percaya rok itu
muat mengingt tubuh saya segede gaban. Hiiiiiii....thanks sahabat untuk
kadomu. Sepeertinya aku terlihat cantik ya? hehehe.
Malam
terakhir sebelum kami meninggalkan Vietnam, kami bikin acara itu. ah,
Rere yang berangkat bersama kami, seolah tahu ini malam kami berdua.
Kameranya terarah pada kami berdua. Padahal biasanya, tertuju untukmu ya
yeye. dan tentu saja, dandan pol-polan dengan salon Iv membuat saya
yang memang tak pernah berdandan terlihat agak beda...kikikikikikik...
Kami
berdua tak memilih cafe yang mewah. Dengan rok yang begitu feminin
kami makan di pinggir jalan. Nggak nyambung ching. Emang iya. Kenapa
tidak? Kami memesan kepiting dan kerang yang alamak enaknya. Lalu acara
tukaran kado di mulai. Tak ketinggalan dong, pakai acara meniup lilin
yang saya bawa dari Indonesia (hehehe niat banget). Satu lilin kami
tiup. Setelah acara tiup lilin kelar...Iv bertanya: "Make a wishnya
apa?" Hah, saya bengong. Tapi sedetik kemudian, saya sadar. “Saya nggak
minta apa-apa.”
Iv memberi saya anting-anting kupu-kupu.
Tapi tepat di hari ulang tahun saya, dia memberi kata-kata bijak yang
tak akan pernah saya lupa. “Semoga di hari yang indah ini, Mbak Rurit
diberikan kebijaksanaan untuk dapat mengubah yang bisa diubah dan dapat
menerima yang tidak dapat diubah dalam hidup, serta kebijaksanaan untuk
dapat membedakan keduanya.” Bahkan saya masih terharu hingga saat ini.
Dan,
terereng, perkenalkan lagi, nama saya Bernada Rurit. Saya belum
menikah, dan sedang melakukan perjalanan spiritual yang intensif sejak 2
tahun terakhir. Lebih tepatnya perjalanan tanpa diri, sebuah proses
yang terus menerus akan saya lakukan hingga menutup mata.
---
Nb:
Tahun
kemarin merupakan hal yang rumit dalam persahabatan saya meski dalam
beberapa saat, saya telah melewatinya dengan mulus. Saya sempat
kebingungan dengan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan untuk diri
saya. “Mengapa seseorang bisa salah langkah dalam hidupnya?
Pertanyaan itu memiliki efek yang dahsyat karena berpengaruh terhadap
interaksi dengani sahabat-sahabat saya.
Hingga suatu
hari, ketika saya memandang awan di atas jendela kamar saya, sebuah
kata-kata bijak mengalir dengan lembutnya. “Dalam hidup, seseorang
bisa salah langkah.” Satu kalimat itu sudah menjelaskan banyak hal
kepada saya. Saya tidak pernah mengajukan pertanyaan itu lagi dan beban
saya pun terlepas. Seperti melayang di udara.
No comments:
Post a Comment