Pages

Friday, January 20, 2012

Umuk


Umuk  kalau dibahasa Indonesiakan artinya kurang lebih pamer. Topik ini saya bagikan kepada teman-teman karena ada sesuatu yang  menggelitik setelah mengikuti jejaring sosial pada  beberapa tahun terakhir.
Dari jejaring sosial ini, saya kian yakin karakter setiap  manusia bisa tertangkap dari status-status yang dia wartakan. Lebih dari itu, seseorang memang jadi lebih suka "telanjang" dengan dirinya. Boleh jadi saya salah. Wajar saja wong saya bukan psikolog atau dukun hehehe. Saya tidak akan membahas yang serius-serius. Nanti malah di kira bergunjing. Yang lucu-lucu ajalah.  Biar asyik.
Ada beberapa tipe orang yang saya masukkan list ketika mengamati para facebooker ini.  Sukanya marah-marah dan  menyindir-nyindir orang. Karena masuk home, sialnya pas   selalu tertangkap mata saya. Sampai ikut-ikutan capek dibuatnya. Terpaksa saya mendeletenya. Eh belakangan saya baru tahu kalau sebenarnya ndak perlu mendelete orang karena yang bersangkutan bisa  di “hide” dalam facebook.  Hihihi, gaptek bener saya.  Mendelete orang itu sebenarnya juga ndak perlu, karena ini berarti kita  masih terpengaruh obyek luar. Padahal kalau obyek di luar kita tak bisa berubah, kita ndak perlu terseret di dalamnya. Cukup menyadari obyek itu saja. Ealah....  kok  ya kadang-kadang “ego” ini masih tebal ya. Hiks.

Kedua, seseorang yang merindui pacar dan selingkuhannya...hehe. Untuk soal selingkuhan, saya yakin yang dirindui pastilah akibat CLBK, yang ketemunya juga paling-paling di jejaring sosial juga. Hayo ngaku. Begini pengamatan sekilas,  saya hampir tidak pernah melihat status seorang istri atau suami yang  merindui pasangannya di status. Nah, kalau dia berlebai-lebai di facebook,ngomong rindu terus...ah...saya pastikan dia pasti rindu dengan  seseorang yang bukan suami atau istrinya. Hayo ngaku....Kangen suami ama istri itu sangat berbeda "touch"nya dengan selingkuhan lho. Wakakakak. (kayaknya saya sudah bener-bener nyinyir nih).
Saya lanjutkan deh. Untuk tipe  ketiga, ada yang  bikin status berdoa, dan minta-minta  terus. Ya Tuhan, lancarkanlah perjalananku. Ya Allah, mudahkanlah segala uruan hari ini. Ya Tuhan, semoga hari ini tidak hujan. Saya tuh  sebenarnya mau ngomong begini. “Ya Tuhan, pingin tahu dong, hari ini yang meminta-minta berapa orang? Boleh ngintip nggak? Pusing nggak harus mengabulkan permohonan mereka semua.” Itu pertanyaan usil saya. Tapi saya menahan diri tak membuatnya karena kok setelah saya piker-pikir nyinyir ya saya.  
Baru-baru ini sebuah artikel menyebutkan  anggota facebook di seluruh  dunia berjumlah 700 juta.  Kalau facebook jadi Negara, maka dia menjadi penduduk terpadat ke-4 di dunia setelah China, India, dan Amerika.  Saya membayangkan kalau separuhnya saja, yakni 350 juta orang di facebook minta pada Tuhan dengan berbagai macam hal, wah kalaupun Tuhan punya sayap satu detik, dia bisa melakukan berapa banyak  perkara ya? Hihihi. Atau cukup merem lalu bim salabim semua permintaan kita dikabulkan.
Ternyata, pikiran saya dan teman-teman senada. Alhamdulilah. Suatu hari saya melihat status teman bilang begini. “Apa Tuhan ada di facebook ya, kok pada minta-minta.” Kira-kira begitu  bunyinya. Gotcha. Saya tertawa terbahak-bahak. Teman saya jauh lebih berani ketimbang saya, deh. Tapi saya membela diri. “Tuh, kan nggak Cuma saya yang berpikiran itu.”
Lah kok jadi ngelantur. Kembali ke soal pengamatan saya di jejaring sosial.  Ada orang yang selalu  bikin status sempurna sekali hidupnya.  Kalau ada ponten, raportnya 10 deh. Blas nggak ada susahnya, dan tidak ada cacatnya blas. Hidupnya begitu sempurna.  Sampai-sampai si komentatornya banyak yang memberikan apresiasi, pujian dengan hidup si orang ini.  Saya mencoba berpikir positif. Oh mungkin si A ini masa lalunya  brengsek, sehingga ingin menjalani hidupnya dengan baik sekarang, bertobat, dan kini menjadi “Malaikat”.  Tapi saya pernah membaca buku, seseorang yang pintar menyembunyikan sesuatu dengan sempurna dalam hidupnya, padahal sebenarnya hidupnya tidak baik-baik saja, akan mengalami “bom” dalam hidupnya. Tinggal menunggu taaaaarrr…pecah. Tapi semoga endak ya? J
Tipe lainnya, selalu mengabarkan keberadaan dirinya. Ke bandara, lagi makan, sedang bobok dll. Weleh… saya nggak komen ah soal ini. Narsisismus. Hihihii. Apa itu. Nggak tahu deh. Asal nyebut aja. Nah tipe lainnya adalah  orang yang suka memamerkan  rumahnya, mobilnya, dan lain-lain.  Pendek kata ada orang yang memang sukanya “umuk.”
Pertama, saya memang ndak punya barang yang mesti dipamerkan. Kalaupun ada itu punya orang tua semua je. Bukan punya saya. Jangan-jangan karena itu saya ndak bisa umuk  ya. Bisa jadikan? Hahahaha. Kedua, orang yang saya tahu dia benar-benar tajir, tajirnya benar-benar ngap-ngapan, ndak pernah umuk kekayaannya di jejaring sosial. Hihihii. Lha mereka yang lebih tajir aja ndak sebegitunya, mosok kalaupun saya ada, berani  pamer sementara ada yang lebih dari saya. Di atas langit ada langit cing. 
Selidik punya selidik, ada teman yang bercerita, mereka yang  sudah tajir  tidak akan pernah pasang badan memposting yang mereka miliki  karena  berbagai alasan. Pertama takut digarong. Kedua, menghindari pajak. "JAdi kalau orang kaya yang super kaya, nggak akan mau memberitahu kekayaannya. Kalau perlu pakai  nama orang lain biar nggak ketahuan dia kaya." Nah lho.  Begitu ya pola pikir orang  tajir yang tajirnya nggak setengah-setengah itu. Hihihiihi. 
Saat saya ngobrol tentang  fenomena ini, teman saya bilang. "Ih itu namanya nyinyir, suka ngurusi orang lain."  Iya juga ya. Tapi begini. Saya utarakan alasannya.  Menurut saya menahan diri umuk di jejaring sosial itu juga mengurangi seorang yang lain "tidak panik." Tahu si A punya begini begitu, maka B atau C yang lain  merasa cemas, pingin punya hal yang sama. 
Saya lalu bercerita tentang pengalaman saya. Hampir tiap minggu saya jalan-jalan. Entah kota terdekat, atau kota jauh-jauh. Itu kan juga kategori umuk juga sebenarnya plus narsis.  Lalu salah satu teman saya bilang begini. "Enak ya kamu bisa jalan-jalan terus. Aku ndak bisa karena ada anak, kerja, dan lain-lain." Saya melihat ekspresi wajahnya sedih. Wah sejak itu saya jadi tidak enak deh. Tiba-tiba saja saya membayangkan, kalau saya jadi dia bagaimana ya? 
Tapi dasar kadang  diri ini juga pingin eksis, maka umuk tetap saja bagian sehari-hari. KAlaupun saya masih suka posting  jalan-jalan, frekwensinya dikurangi. Kecuali lho ya, memang itu pekerjaan saya. hehehe. LAlu, biasanya kalau sudah begitu saya membela diri. Umuk  posting jalan-jalan itu  "dosanya" lebih tipis ketimbang mereka yang umuk rumah, mobil, dan lain-lain.  Teman saya manyun. "Huuuu...ndak mutu. Sama sajalah." Intinya gini lho. Facebook itu kan beranda  diri kita. Mau posting apapun itu hak pribadi.  Tapi ya itu tadi kalau orang mencap kita tukang "umuk" ya jangan marah ya. Atau harus belajar lagi  etika berjejaring sosial. Peace ah.....

Yogyakarta, kaki bengkak punggung nyeri, obatnya ya ya menulis blog-lah.

10 comments:

  1. Wakakakaka nyinyirrrrrrr aku gak mau banyak komen ah silahkan dibaca postingan saya sebelum ini yg judulnya sosial media wakakakakakaka

    ReplyDelete
    Replies
    1. satu perusahaan beda pikiran. itu namanya demokratis.

      Delete
  2. ***“Apa Tuhan ada di facebook ya, kok pada minta-minta.”***

    bwehehee, sapa kuwi sing komentar ngono Yuu...?
    aku ngakak kalo inget komentar itu jeee, Emang Gustimu punya akun fesbuk paa..? #malahmuring :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahahha. hooh je Gotrek. aku yo ngakak. Kadang-kadang kok Tuhan sering dijadikan kambing hitam

      Delete
  3. Kulo nuwun... ijin sharing ya... :D

    ReplyDelete
  4. hahaha.. biar seru ah dunianya.. untuk belajar pengendalian diri dan mengasah batin.. hehehehe... kata pak hud

    ReplyDelete
    Replies
    1. tjapoenk.blogspot.comFebruary 8, 2012 at 5:28 PM

      hahahahaa...yoi haneee...

      Delete
  5. Jeng, Ijin komen yaaa...
    Hehehehehe..... Lucu juga nih postingannya (Boleh kan kalo pendapatnya sedikit berbeda :p)
    Kenapa bagi saya lucu? karena : Repot amat sih mbakyu..... biarin aja lah orang mo nulis apa, curhat ato umuk? sah-sah saja kok. Karena bagi saya social media selain untuk ajang mempertemukan teman juga untuk ekspresi diri, mau narsis atau engga tergantung persepsi tiap2 orang yang baca :D
    Bagi saya, mikir yang santai aja, kalau baca status orang yang keliatan narsis atau umuk atau menceritakan ranah pribadi di sosmed,saya berpikirnya, mungkin dia ngga punya 'teman' untuk curhat atau mengungkapkan isi hati atau pikirannya.
    Kita kan bebas mengungkapkan rasa, ide, pikiran bahkan perasaan kita, contohnya nge-blog, mau orang senang atau tidak, emang gue pikirin. Senang silahkan komen, enggak senang silahkan pindah lapak sebelah, hehehehehhe.
    Trus, klo masalah orang sebut2 nama Tuhan atau Doa... emang ngga boleh ya? Bagi saya boleh2 saja, cara orang mensyukuri sesuatu kan dengan cara masing2. Masalah Tuhan punya Facebook atau engga, itu gak ada hubungannya donk (Tapi nanti ya, klo saya sudah masuk surga atau neraka, saya tanya sama Tuhan :p)
    Ini pendapat saya pribadi lhooooo........ karena bagi saya, sosmed itu tempat mengekspresikan apa yang ada di hati, pikiran, yah kayak tempat mengoceh ini kan?
    Salam, MERDEKA!!!!! :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Judith...lha boleh berbeda pendapat kok. Why not? boleh-boleh aja kok berbeda. Demokratis. hehehe. lha dua penulis ini aja, Ayu dan aku berbeda pendapat kok. Perhatikan deh. Silahkan berekspresi. kan di bawah sudah ada pula yang menyatakan itu hak pribadi. Repot amat? ah...aku ndak merasa kerepotan kok. Menulis itu salah satu caraku mengasah ketajaman analisis berpikir. klau itu membuat orang berbeda wah berhasil dong tulisan ini membuat seseorang harus menyampaikan uneg-unegnya. Berpanjang pula....hihihihihi. Senanglah.

      Soal Tuhan, Lha yang bilang ndak boleh menyebut nama Tuhan atau doa siapa? apalagi bersyukur? Kayaknya di tulisan itu aku tidak menulis orang larangan orang menulis nama Tuhan atau bersyukur deh :) Yang kuceritakan di atas bukan rasa syukurnya, tetapi permintaannya. Minta-minta sama Tuhan, beda lho bersyukur dan meminta itu.



      Salam merdeka berekspresi. Karena penyeragaman membuat orang tak pernah merdeka. berbeda bukan berarti kita harus berbaku hantam kan?

      Peace ah...

      Delete